06 Agustus 2009

Mbah Surip

Semangat Urip Akhmad Riyanto alias Mbah Surip harus kita kenang dengan seksama, banyak tulisan di koran menyebutkan kematiannya (04-07-2009) dikarenakan Penyakit Jantung sehingga kita ditekankan agar pola hidup sehat (jangan minum kopi hingga 10 gelas sehari, dan merokok).


Mari kita telusuri semangat juangnya, yakni : Harus Top !


Mengapa Mbah Surip Top ? Suratan tangan bukanlah jawabannya, tapi usaha। Almarhum mulai dari jual karcis bioskop, bekerja di luar negeri, ngamen sampai top melalui Lagu-lagu Sederhana, NSP dan Iklan.


Mengapa SBY, tokoh-tokoh nasional, para artis dan person-person lain turut memberikan belasungkawa ? Menurut penulis, bahwa Mbah Surip : melakukan yang tidak dilakukan orang lain (ide kreatif = rambut gimbal), sabar = mengamen, tidak mudah menyerah = eksplorasi pekerjaan mulai penjual karcis, tutur bahasa yang baik = bersahaja dan mudah senyum, cari informasi = silahturahmi dengan teman-teman (seperti : para pelawak) untuk mencari informasi, berteman dengan semua suku/ras = tidak melupakan teman lama walaupun sudah top, optimalkan sumberdaya = rumah kontrakan, lebih baik naik sepeda motor daripada mobil untuk menghindari kemacetan Jakarta serta anaknya Farid yang selalu membantu, saving = karena ada tabungan almarhum berencana beli gula, kopi dan helikopter, buat progress report = walaupun sudah top, berkeinginan lebih top melalui rencana duet dengan Manohara, dan sudah pasti berdoa kepada Tuhannya.


Semoga Mbah Surip diterima disisiNya, dan pembaca budiman ingat juga pola hidup sehat ya .......

AT. Sijabat

Adat Batak

Anggap seseorang itu adalah suku Batak bermarga X dipanggil Tuhan dan meninggalkan Istri dan anak 2 orang. Salah satu anaknya sudah menjadi Pastor (maaf : apabila dicontohkan beragama Katolik). Pertanyaan, apakah bisa adat Saur Matua ? Sepengetahuan penulis, salah satu persyaratan adat saur matua bahwa anak-anaknya harus sudah menikah dan mempunyai keturunan dengan pengertian Dang Adong be Na di Sarihon, sementara Pastor tidak bisa menikah untuk melayani umat-Nya.

Beberapa kasus adat di Sumatera Timur, ada orangtua yang meninggal diadatkan saur matua : SATU anak-anaknya sudah menikah walaupun belum mendapat keturunan, DUA ada anaknya sudah menikah dan mendapat keturunan tapi masih ada anaknya yang belum menikah.

Apakah ini dapat diterima ? Menurut penulis, bahwa adat saur matua itu harus memperhatikan tingkah laku bermasyarakat sewaktu hidupnya almarhum dan permintaan suhut untuk dipertimbangkan natorop/bius. Apabila oke, dilaksanakan, karena adat itu adalah ciptaan manusia yang kita biasakan secara terus menerus sesuai perkembangan jaman dan kondisi daerah.

Ambil contoh lain, lokasi perbatasan atau lokasi transmigrasi dimana komunitasnya bukan hanya satu etnis lagi (heterogen) yang pasti adatnya sudah bercampur sehingga ada diiringi musik, gondang, keyboard dan mungkin saweran, atau permintaan lagu poco-poco, anak siantar dan lain sebagainya.


Terpenting, tujuannya positif bagi semua orang........

AT. Sijabat

Aplikasi Penentuan Skala Prioritas

Perencanaan pembangunan tidak lepas dari penentuan skala prioritas. Prespektif skala prioritas itu variatif dan relatif. Contoh : Rencana pengaspalan jalan menuju suatu lokasi lahan kosong untuk lokasi pabrik X (investor baru) dimana tidak ada penduduk di sekitarnya. Satu sisi berpendapat tidak prioritas karena tidak ada penduduk yang menikmati, disisi lain berpendapat bahwa itu prioritas untuk pengembangan wilayah.


Penentuan skala prioritas harus mempertimbangkan berbagai aspek (seperti : legalitas tata ruang, dan kebutuhan masyarakat, haruslah terukur dan dapat dipertanggungjawabkan dengan keterpaduan multidisplin ilmu.


Mari kita bahas lebih lanjut, PERTAMA bagaimana konsep tata ruang apakah direncanakan untuk lokasi industri ? KEDUA adakah komitmen investor atas Pembangunan Pabrik tersebut ? Agak ekstrim, bisa-bisa investor hanya meminjam uang ke bank sebagai persyaratan pengembangan usaha dimana setelah uang cair akan mengalihkan modal pinjaman kepada yang lain (apabila betul komit, investor harus berani meinvest modalnya di bank sekitar lokasi pabrik sebesar tiga perempat dari nilai bangunan pabrik). KETIGA berapa tahun pabrik selesai dibangun, apa produk jadinya dan bagaimana amdalnya ? KEEMPAT bagaimana jarak tempat tinggal pekerja ke pabrik, apakah basecamp atau terpencar ? KELIMA apa tanggung jawab sosial kepada masyarakat ?


Semua pertanyaan ditabulasi dan apabila jawabannya positif dibuat MoU dengan investor sehingga pengaspalan jalan menjadi skala prioritas. Apabila negatif tidak prioritas.

AT. Sijabat

Tabulasi Skala Prioritas

Ada 10 kegiatan harus dilaksanakan, mengingat keterbatasan dana harus ditentukan 1 kegiatan skala prioritas dan banyak cara penentuan skala prioritas. Cara sederhana, buat tabulasi dimana kolom pertama urutan kegiatan dan baris pertama buat beberapa pertanyaan (berapa dana diperlukan {mendekati dana yang tersedia bobot tinggi}, siapa yang menikmati {lebih banyak yg menikmati bobot tinggi}, risiko tidak dilaksanakan {apabila risiko mendekati besar bobot tinggi), dan lain sebagainya. Nilai bobot 1 s/d 10.


Setelah ditabulasi, agregat nilai bobot tertinggi merupakan skala prioritas.


AT. Sijabat

Siput Super

Suatu hari seekor ” Siput Super “ memanjat dinding licin setinggi 10 meter, dalam waktu satu hari memanjat 1 meter lalu istirahat, ketika istirahat melorot 0,5 meter. Tanggal berapa Siput Super tiba di puncak dinding apabila berangkat tanggal 1 ?

AT. Sijabat

Telur vs Ayam

Apabila kita ditanya, mana duluan telur dengan ayam ?

Ada yang menjawab Telur, ada yang menjawab Ayam.


Banyak orang mengatakan : telur-dieram-ayam (berarti jawabannya Telur duluan). Tapi jangan lupa, bahwa tanpa perkawinan ayam betina dan jantan bisa menghasilkan telur melalui pakan ayam dan apabila dieram tidak akan menjadi ayam.


Banyak juga orang mengatakan : Ayam-menghasilkan telur (berarti jawabannya Ayam duluan). Tapi jangan lupa, ada ayam betina yang tidak bisa menghasilkan telur karena kelainan genetika.


Jawaban penulis : apabila telur duluan disebut maka jawabnya Telur dan apabila ayam duluan disebut jawabannya adalah Ayam (karena ini termasuk pertanyaan Psikotest).

AT. Sijabat

23 Juni 2009

Meraih SUARA

Menyimak Pemilukada, Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden/ Wakil Presiden haruslah dibutuhkan minimal 3 kriteria antara lain : Layak Jual, Menejemen Kampanye, dan Kalkulasi Kekuatan Lawan. Ketiga kriteria ini harus disusun berdasarkan matrik-matrik yang terhitung dan terukur.

Layak jual seorang Calon harus dibarengi dengan Popularitas dan Aksepbilitas. Popularitas harus diketahui oleh arus bawah (grass root) sampai kepada menengah keatas apakah dari pasar tradisional, tukang becak, supir angkot, dan berbagai perkumpulan rohani, marga, etnik serta penduduk yang marginal. Prosesnya bisa diawali dari penduduk perkotaan kepada penduduk perdesaan atau sebaliknya. Popularitas bisa dilakukan dengan kunjungan langsung, melalui media baik radio, koran daerah, majalah atau dengan media elektronik lainnya.

Pada saat turun ke grass root, kandidat harus mendengarkan konstituen mengenai keluhan-keluhan mereka. Apabila dibutuhkan Calon harus berani sharing of solution. Pada saat itulah Kandidat juga harus menyampaikan Visi dan Misinya. Visi dan Misi seorang calon haruslah representasi karakteritik daerah yang bertujuan untuk mesejahterakan masyarakat.

Berbicara Aksepbilitas, tape record dari Calon harus dapat diterima masyarakat. Siapa sangka seorang penjual kue bisa menjadi KDH, Anggota Legislatif bahkan RI 1 & RI2. Hal ini diakibatkan dekatnya Calon dengan konstituen sehingga menimbulkan suasana yang merakyat. Masyarakat tidak butuh acara formil atau calon yang ganteng akan tetapi problematika mereka mendapat solusi.

Menejemen kampanye bertujuan untuk terpilihnya Calon menduduki kursi yang diinginkan. Menejemen kampanye harus mempunyai perencanaan, organisasi, aktualisasi serta pengawasan. Perencanaan kampanye harus mempunyai skedul yang harus dilalui, siapa-siapa saja yang harus dipengaruhi, sumber-sumber modal kampanye, dan bagaimana cara menjual calon. Menjalankan kampanye haruslah memilih orang-orang yang tepat (Tim Sukses/TS) dan harus mampu berorasi yang sesuai dengan personifikasi Calon. Memanfaatkan kader-kader perahu politik atau simpatisan haruslah dengan pertimbangan yang matang, yang terpenting bahwa orang-orang terpilih tersebut harus mampu sebagai jembatan dan sanggup/ikhlas untuk rugi baik tenaga, pikiran, waktu dan dana sendiri. TS tidak perlu membuat janji yang berlebihan kepada konstituen, yang terpenting adalah aktualisasi yang dilatari dengan tindakan yang tidak arogan dan meyakinkan untuk realisasi visi dan misi dari calon. Calon harus mampu mengawasi TS apakah benar-benar menjalankan personifakisnya atau membelot kepada calon lain.

Sebelum KPUD mengumumkan Calon resmi, sudah barang tentu para bakal calon sudah mengkalkulasi para saingannya dimana merebut perahu politik tidaklah semudah membalikkan tangan. Walapun seorang calon adalah Ketua Partai di daerah/pusat, belum tentu menjadi jaminan untuk menuju kursi, calon harus mempunyai berbagai alternatif parpol lainnya atau independen (Pemilukada). Setelah resmi menjadi calon, harus mampu membaca kekuatan dan kelemahan mesin politik yang dimulai dari desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. Demikian juga dengan perkiraan lumbung-lumbung konstituen harus dianalisa melalui berbagai pendekatan. Calon harus mampu merebut suara dari lumbung-lumbung lawan.
AT. Sijabat